Kamis, 22 Maret 2012
Dari Batu Karang Sphinx hingga Seruling Laut
Minggu, 19 Juni 2011
BANYAK ALAT DETEKSI TSUNAMI HILANG
REPUBLIKA.CO.ID,BANDUNG - Menteri Riset dan Teknologi, Suharna Surapranata, membenarkan bahwa banyak alat deteksi dini peringatan bahaya tsunami yang hilang dan tidak berfungsi atau efektif.
"Alat deteksi dini bahaya Tsunami itu ada yang hilang dan ada juga yang tidak berfungsi," kata Suharna Surapranata seusai menjadi pemateri kuliah umum di Aula Barat ITB, di Jalan Ganesha, Bandung, Sabtu (12/3).
Karena banyak alat deteksi dini Tsunami di Indonesia yang hilang dan tidak berfungsi, maka Kemenristek dalam waktu dekat ini akan melakukan evaluasi. "Makanya, kita akan lakukan evaluasi tentang alat deteksi dini ini," kata Menristek.
Ketika ditanyakan berapa jumlah alat deteksi dini peringatan bahaya Tsunami yang hilang dan tidak berfungsi, pihaknya tidak mengetahuinya. "Saya tidak tahu berapa jumlah yang hilang dan tidak efektif. BMKG yang tahu datanya, ujarnya.
Alvin Hidayat dari Masyarakat Penanggulangan Bencana Indonesia (MPBI) beberapa waktu lalu mengatakan alat deteksi tsunami di Indonesia banyak yang tidak efektif. Meskipun, alat tersebut telah terpasang sejak 2005.
Di Banda Aceh, terdapat enam unit sirine yang tersebar di beberapa daerah dan telah dipasang. Namun, belum diketahui efektivitas pendeteksi dini tsunami sebagai alat bantu peringatan dini pada masyarakat.
Redaktur: Didi Purwadi
Sumber: Antara
Rabu, 06 Oktober 2010
Bahaya! Permukaan Laut Naik 5-10 Milimeter Per Tahun
Abrasi Air Laut |
-->Bahaya akan melanda planet bumi tercinta apabila kita tidak segera bertindak. Dari hasil pemantauan di beberapa lokasi, laju kenaikan paras muka laut Indonesia mencapai 5-10 milimeter per tahun, jauh di atas perkiraan kenaikan paras muka laut global yang diperkirakan 1,5 milimeter per tahun.
Menurut dia, data kenaikan paras muka laut di Indonesia diambil beberapa instansi. Dari pemantauan Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional diperoleh data di Jakarta, Semarang, Jepara, Batam, Kupang, Biak, dan Sorong yang angkanya 5-10 mm per tahun.
Hasil penelitian Institut Teknologi Bandung memperlihatkan laju kenaikan paras laut di Belawan 7,83 mm per tahun, Jakarta 4,38 mm, Semarang 9,27 mm, dan Surabaya 5,47 mm per tahun. Pemantauan Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia untuk Panjang, Lampung, menunjukkan laju kenaikan 4,15 mm per tahun.
Enam faktor
Menurut Subandono, kenaikan paras muka laut sebagai dampak perubahan iklim hanya dipengaruhi dua proses, yaitu pencairan es di kutub dan proses pemuaian air laut akibat pemanasan global. �Seluruhnya ada enam faktor penyebab,� katanya.
Faktor-faktor lainnya, lanjutnya, adalah meliputi dampak perubahan kerak bumi akibat aktivitas tektonik—penurunan tanah akibat gempa atau aktivitas seismik dan pemampatan tanah akibat kondisi tanah yang labil.
Selain itu, ada penurunan tanah akibat aktivitas manusia, misal pengambilan air tanah, ekstraksi gas dan minyak, atau pembebanan dengan bangunan.
�Faktor keenam, yaitu adanya variasi akibat fluktuasi iklim seperti fenomena La Nina yang membawa aliran air hangat dari Samudra Pasifik ke Indonesia,� kata Subandono. Menurut dia, enam faktor penyebab kenaikan paras muka laut itu penting diketahui untuk menetapkan agenda adaptasi dan mitigasi.
Indonesia terus mendorong perhatian dunia terhadap dampak perubahan iklim di laut. Ini ditengarai dengan makin rusaknya terumbu karang dunia ataupun ekosistem kelautan lainnya. Delegasi Indonesia untuk Konferensi PBB mengenai Perubahan Iklim di Kopenhagen, Denmark, melalui surat elektronik menyampaikan telah menggagas kegiatan paralel Hari Kelautan (The Ocean Day) pada 14 Desember 2009, dibuka Pangeran Monako HSH Prince Albert II.
Mantan Kepala Badan Riset Kelautan dan Perikanan DKP Indroyono Soesilo dalam kegiatan paralel itu menekankan pentingnya pengarusutamaan dimensi kelautan dalam proses negosiasi perubahan iklim global.
Menurut Indroyono, program mengatasi dampak perubahan iklim dalam kaitan pencapaian Tujuan Pembangunan Millenium (MDGs) perlu diwujudkan secara nyata. Kegiatan paralel dihadiri sekitar 150 peserta dari 39 negara yang menaruh perhatian terhadap isu kelautan, pesisir, dan pulau-pulau kecil yang perlu segera ditangani. (NAW)
Editor: jimbon
Sumber : Kompas Cetak
Selasa, 28 September 2010
Surga Di Balik Bukit
PANTAI KLAYAR : Surga Di Balik Bukit
Ungkapan di atas mungkin terasa berlebihan, tetapi maksud hati cuma ingin mengungkapkan kekaguman pada keindahan dan keasrian pantai ini. Banyak orang yang menganggap bahwa “pantai klayar bagai surga di balik bukit”, “pantai klayar merupakan pantai terindah di deretan pantai selatan”. Menurut saya sebutan tersebut tidak berlebihan, setelah pada 31 Juli 2010 kemarin, saya menginjakkan kaki di pantai ini. Hamparan pasir putih yang luas, karang menjulang tinggi nan eksotis, ombat biru yang menggulung besar, air yang bewarna biru & bersih dan sifatnya yang masih asri & alami. Mungkin kata-kata itulah yang tepat untuk menggambarkan eksotisme pantai klayar.
Pantai Klayar berada di Kabupaten Pacitan dan lokasinya dekat dengan Goa Gong. Dari Kota Solo memakan waktu 3 jam dengan kecepatan standar 60 km/h, dapat di tempuh melalui rute Solobaru-Sukoharjo-Wonogiri (dianjurkan lewat Praci karena jalannya lebih mulus)-Pacitan. Ketika memasuki wonogiri dan Pacitan akan menemui jalan dengan medan yang naik turun gunung maupun hutan dan agak sulit menemui keberadaan Pom Bensin. Sekitar 3 km sebelum pantai, jalan utama “Ampun DJ” parah banget. Aspal banyak yang terkelupas bahkan ada yang tinggal tatanan batu-batu agak besar. Jadi perlu persiapan yang ekstra untuk menaklukannya.
Kelelahan dalam perjalanan hilang dalam sekejap setelah dari kejauhan, hamparan laut biru berkilau menyambut. Sebelum mengexplore pantai klayar lebih jauh lagi, saya ingin sedikit berbagi cerita mengenai perjalanan Tour d’Pacitan. Saya ditemani Bayu MU, Teguh Juve dan Too Barca berangkat dari Kos Vegas (Base Camp AN 06 di depan UNS) jam 8 sampai di pantai pas jam 12 siang. Sebenarnya bukan waktu yang tepat, karena panasnya semakin membakar kepala yang sudah penuh dengan kata-kata skripsi. Tetapi di balik semua itu ada hikmah bagi kami, Pantai Klayar serasa jadi pantai pribadi. Explore Pantai Klayar pun dimulai. Bukannya narsis, tapi foto-foto penting banget buat dokumentasi kenang-kenangan setelah kami mungkin akan meninggalkan kebersamaan di awal tahun 2011 untuk melanjutkan masa depan masing-masing. Bagi seorang kolektor seperti Bayu dan Teguh, berburu batu pantai, batu karang dan pernik khas lainnya sangatlah penting karena nilai jualnya bisa mencapai 7 M (bercanda,,, maksudnya 7 kebahagiaan buat para kolektor). Aku dan To o Hidden mulai mengexplore mulai dari ujung barat sampai di ujung timur. Selain melewati hamparan pasir putih, juga mendaki gunung di tepi pantai. Ada hal berbeda yang belum pernah ditemui, diantara bebatuan munculah semburan air dari sebuah retakan mungkin ini karena ganasnya ombak menerjang (seperti semburan ikan paus). Air yang mengalir dari bebatuan ada juga yang berasa tawar.
Pantai Klayar menunggumu secepatnya, sebelum keasrian dan kealamian pantai ini akan berubah.
diposting ulang dari : blog aslinya
Rabu, 14 Juli 2010
DUA KABAR MENARIK PANTAI KLAYAR
Buat para maniak keindahan alam yang mau menikmati pesona luar biasa pantai Klayar sekarang jangan urungkan niatmu. Jika selama ini banyak yang mengeluhkan akses jalan masuk yang begiru sulit ( aspalnya jebol-jebol) dalam hitungan hari akan akan diperbaiki bahkan sebagian aspal hotmix.
Satu lagi,..... dulu...........klayar gak ada signal. Sbentar lagi itu akan terjawab. BTS Telkomsel sudah berdiri tinggal tunggu sesaat lagi.
Target kedua tersebut di atas dalam rangka menyambut Lebaran yg akan datang ....